Label 3

Minggu, 23 Februari 2014

Resume Fiqh Prioritas (Dr. Yusuf Al-Qardhawi)



Resume Fiqh Prioritas (Dr. Yusuf Al-Qardhawi)

Dewasa ini telah muncul kekacauan terkait timbangan prioritas di kalangan umat muslim. banyak umat muslim yang muali mengesampingkan hal-hal yang berkaitan dengan agama (fiqh). Di berbagai belahan dunia, termasuk negara-negara arab yang mayoritas bergama islam pun kini lebih memprioritaskan hal-hal yang bersifat keduniawian, seperti seni, hiburan, olahraga, dll. Di media massa sendiri, mereka lebih menitikberatkan pada pemberitaan yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat non fiqh dan mengesampingkan pemberitaan yang bersifat agama, ilmiah. Tak hanya dari segi media, dari segi pendanaan sendiri banyak negara yang memberi perhatian besar pada sektor sektor yang berupa kesenian, hiburan, dan olahraga dan kurang memperhatikan pada hal-hal seperti kesehatan, pendidikan maupun keagamaan.
Saat ini juga terjadi suatu hal terkait keseimbangan fiqh prioritas. Ada orang-orang yang senantiasa sangat memperhatikan hal-hal fiqh atau dakwah namun mereka terlalu berlebihan sehingga kurang memperhatikan hal lain. Begitu juga sebaliknya ada orang yang sama sekali tidak mengetahui mengenai fiqh. Pada dasarnya setiap orang harus mengedepankan kewajiban yang lebih berkaitan dengan kepentingan umat dibandingkan dengan kewajiban yang hanya berkaitan dengan diri pribadi. Kita harus mampu memilah mana yang harus dijadikan prioritas utama dan mana yang bisa kita kerjakan terlebih dahulu. jika ada dua pilihan antara pergi haji ke tanah suci di tengah keadaan saudara kita yang sedang tertindas, maka langkah yang paling tepat untuk kita lakukan adalah menggunakan dana haji kita untuk membantu saudara-saudara kita yang sedang mengalami kesulitan.
Kesalahan  besar  ini  telah  merambah umat kita pada saat ini dalam persoalan yang  berkaitan  dengan  parameter  prioritas, sehingga   mereka   menganggap   kecil   hal-hal  yang  besar, membesar-besarkan hal-hal  yang  kecil,  mementingkan  hal-hal yang  remeh,  dan  meremehkan  hal-hal  yang  penting, menunda perkara yang seharusnya didahulukan, dan mendahulukan  perkara yang   seharusnya  diakhirkan,  mengabaikan  yang  fardhu  dan memperhatikan yang sunnah, mempedulikan  dosa-dosa  kecil  dan mengabaikan   dosa-dosa   besar,  berjuang  mati-matian  untuk masalah-masalah  khilafiyah  dan  tidak   mengambil   tindakan terhadap  perkara-perkara  yang  telah disepakati... Semua ini membuat umat pada saat ini sangat  perlu  --dan  bahkan  sudah sampai  kepada  batas darurat-- terhadap "fiqh prioritas" yang harus segera dimunculkan, didiskusikan,  diperbincangkan,  dan dijelaskan,  sehingga  bisa  diterima  oleh pemikiran dan hati mereka, juga agar mereka memiliki  pandangan  yang  jelas  dan wawasan yang luas untuk melakukan perbuatan yang paling baik.
Dalam fiqh prioritas diusakan agar selalu mendahulukan hal-hal yang bersifat keagamaan. Dalam memberikan pertimbangan  terhadap  berbagai  kepentingan, kita dapat mempergunakan kaidah berikut ini:
·           Mendahulukan kepentingan yang sudah pasti atas kepentingan yang baru diduga adanya, atau masih diragukan.
·           Mendahulukan kepentingan yang besar atas kepentingan yang kecil.
·           Mendahulukan kepentingan sosial atas kepentingan individual.
·           Mendahulukan kepentingan yang banyak atas kepentingan yang sedikit.
·           Mendahulukan kepentingan yang berkesinambungan atas kepentingan yang sementara dan insidental.
·           Mendahulukan kepentingan inti dan fundamental atas kepetingan yang bersifat formalitas dan tidak penting.
·           Mendahulukan kepentingan masa depan yang kuat atas kepentingan kekinian yang lemah.
Selain itu dalam fiqh prioritas kita hendaknya selalu mengedepankan kualitas dibandingkan kualitas. Banyak ayat yang menjelaskan bahwa mayoritas belum tentu lebih unggul dibandingkan minoritas. Umat islam bukanlah umat yang minoritas melainkan salah satu agama dengan pengikut mayoritas di berbagai belahan dunia. Namun alangkah baiknya jika banyaknya pengikut tersebut juga diikuti dengan kualitas agama yang tinggi pula dari masing-masing umat tersebut. Jangan sampai kita hanya menjadi orang yang seperti kebanyakan orang. Jadi jika dalam sebuah dakwah kita hanya menemui sedikit orang hal tersebut hendaknya tidak menjadi masalah bagi kita untuk selalu berdakwah, tinggal bagaimana kita mampu mengembangkan kualitas berdakwah kita sehingga kita tidak kalah dengan kelompok-kelompok lain yang mungkin jumlahnya jauh lebih besar dan banyak daripada kita.

0 komentar

Posting Komentar

Popular Posts