Label 3

Kamis, 27 Februari 2014

Sosok Presiden Negarawan

Pagi yang dingin dengan cuaca yang sedikit mendung tak sedikitpun menyurutkan niat dan semangatku untuk datang dan menghadiri acara bedah buku Belajar Merawat Indonesia #3 “Presiden Negarawan” dan sosialisasi beasiswa Bakti Nusa di Fakultas pertanian Universitas Sebelas Maret. Buku yang sepintas sama sekali tidak menarik bagiku tersebut entah mengapa tak sedikitpun menyurutkan niatku untuk tetap datang meskipun dengan hawa dingin yang menusuk tulang dan rasa malas yang hinggap di benakku.
            Sebuah alasan yang mungkin menjadi salah satu semangatku untuk menghadiri acara tersebut yakni mendapatkan buku secara gratis. Namun selain itu posisiku sebagai perwakilan dari LKI FISIP UNS dalam rangka deklarasi ACBI (Aku Cinta Budaya Indonesia) tentu menjadi hal yang cukup membanggakan. Istilah ACBI yang tentunya masih sangat asing di telingaku dan mungkin ini baru pertama kali terdengar di telingaku. Hal lain yang menjadi alasanku mengikuti acara ini tentunya guna memeperoleh info mangenai beasiswa Bakti Nusa. Beasiswa yang menjadi kebanggaan para aktivis termasuk kaka tingkatku yang memang satu fakultas denganku sebut saja namanya akh ind.
            Aula Fakultas pertanian yang memang tidak terlalu luas telah disiapkan untuk menjadi tempat acara bedah buku tersebut dilaksanakan. Di depan Aula telah hadir banyak peserta yang memang sejauh mata memandang didominasi oleh perempuan. Terbesit sebuah pertanyaan apakah ini yang menggambarkan karakter para pemuda Indonesia khususnya laki-laki yang seharusnya menjadi pemimpin. Apakah jiwa kepemimpinan itu telah luntur. Ah ya sudahlah.... Tiba waktunya kini aku memasuki Aula pertanian tersebut. Tata ruang yang cukup bagus dengan bentangan MMT yang cukup besar menghiasi muka aula yang nantinya akan menjadi panggung.
            Acara pertama yang diisi oleh penampilan pantomim tradisional dari sebuah grup kesenian yang saya lupa namanya mampu mengundang gelak tawa para peserta dan memecah kepenatan yang sejak tadi pagi hinggap di semua peserta. Saya pun yang tadinya sangat mengantuk akhirnya mampu terbangun dan semakin ingin mengikuti acara ini hingga selesai nanti. Niatan-niatan awal yang tadinya terpendam di hati akhirnya telah sirna dan mulai terganti dengan rasa penasaran terhadap istilah “Presiden Negarawan” yang memang menjadi tema sekaligus judul dari acara bedah buku 
MC pun membuka acara ini dan dilanjutkan tilawah oleh wakil presiden BEM UNS, Kholid Sibkhotullah yang dilanjutkan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Acara selanjutnya yaitu sambutan-sambutan yang diawali oleh Siswandi selaku Presiden BEM UNS dan dilanjutkan oleh Greget Kalabuana yang merupakan perwakilan Dompet Dhuafa dan juga merupakan mawapres UNS tahun 2012 serta pernah juga menerima manfaat beasiswa baktinusa. Greget menyampaikan mengenai pentingnya negarawan dui kalangan pemuda khususnya mahasiswa. Hal tersebut digambarkan dengan sosok M. Natsir yang merupakan tokoh perjuangan sekaligus manteri penerangan pada masanya. Acara selanjutnya adalah pembukaan secara simbolis oleh pihak Dompet Dhuafa.
            Talkshow yang menurut saya mengundang rasa penasaran tersebut dihadiri oleh beberapa pembicara yang sangat luar biasa yang mewakili bidangnya masing-masing serta dipandu oleh seorang moderator yang bernama Putra. Titis Sektya Wijaya (Mahasiswa Pskologi UNS), Prof. Furqon (Dekan FKIP UNS), Prie GS (Budayawan), Drs. Juliyatmono (Bupati Karangayar 2013-2018), Roni (Dompet Dhuafa). Kelima pembicara tersebut akan memaparrrkan pandangannya mengenai sosok presiden negarawan.
            Titis selaku pembicara pertama mengatakan bahwa presiden negarawan atau seorang negarawan itu tidak harus seorang pejabat pemerintahan. Siapapun dapat menjadi seorang negarawan, termasuk mahasiswa. Titis bercerita mengenai sebuah film Indonesia “Tanah Surga Katanya” yang telah mampu memberikan banyak inspirasi baginya tentang sosok negarawan. Mahasiswa Psikologi ini menceritakan mengenai sososk anak kecil yang berumur sekitar 9 tahun yang secara logika sangat tidak mungkin dia mengetahui makana negarawan. Namun di usia yang sangat muda tersebut anak itu telah mampu memberikan sebuah pelajaran bagi semua orang tentang sosok negarawan. Oleh karena itu kita selaku pemuda telebih lagi posisi kita sebagai mahasiswa “aktivis” sudah sepantasnya harus dapat menjadi contoh bagi mahasiswa lain untuk menunjukkan sikap negarawan.
            Pemaparan kedua disampaikan oleh Prof. Furqon. Beliau menyampaikan mengenai beberapa tokoh-tokoh dunia yang sangat pantas disebut sebagai negarawan. Tokoh-tokoh tersebut antara lain, Umar bin Khatab, Umar bin Abdul Azis, Lee Kwen Yuu, Mahat ma Gandhi, Nelson Mandela. Mereka merupakan sosok negarawan yang ideal dan sejati karena memiliki integritas yang tinggi, kejujuran, pemaaf, dll. Pesan beliau kepada semua mahasiswa yakni jadilah seorang mahasiswa yang mempunyai sikap negarawan, yakni mahasiswa yang mempunyai visi yang tajam, manajemen yang kuat serta jaringan yang luas.
            Tidak jauh berbeda dengan pembicara-pembicara sebelumnya. Prie GS yang memeparkan pandangannya mengenai presiden negarawan dari sisi budaya dengan komunikasinya yang khas dan kocak mampu mengundang gelak tawa para peserta. Hal ini selain mampu menjadi ice breaking tentunya juga akan mudah diingat oleh para pendengarnya. Beliau bercerita mengenai kekuatan dan kesabaran seorang nenek-nenek penjual di pinggir jalan. Sikap dan perbuatan dari nenek-nenek tersebut telah memunculkan banyak inspirasi baginya. Sekali lagi kita sebagai seorang pemuda dan mahasiswa harusnya mampu menjadi negarawan yang memilki kekuatan dan kesabaran.
            Pemaparan keempat disampaikan oleh bupati karangayar Drs. Juliyatmono. Beliau memaparkan terkait sosok negarawan yang juga harus peka terhadap politik. Politik dianggap sebagai salah satu jalan atau cara untuk menjadi seorang negarawan. Terlebih lagi tahun ini adalah tahun politik yang mana seorang negarawan juga dituntut untuk ikut berkontribusi dalam pesta demokrasi tersebut. Tak lupa juga beliau mengatakan bahwa ingin menjadikan kabupaten karangayar menjadi kabupaten terbaik di Indonesia. Bupati yang baru menjabat selama 3 bulan ini menjanjikan kepada semua warga karanganyar untuk membebaskan biaya pendidikan sampai tingkat SMA. Selain itu beliau juga berjanji akan melindungi rakyat miskin dan lansia. Sekali lagi beliau menegaskan bahwa negarawan tidak harus berasal dari kalangan pejabat pemerintahan. Siapapun bisa menjadi negarawan, seperti layaknya dokter negarawan, polisi negarawan, dll.
            Pemaparan terakhir yang pada intinya merangkum dari pemaparan-pemaparan sebelumnya ini disampaikan oleh saudara Roni selaku General Manager Scretary Dompet Dhuafa. Beliau menjelaskan mengenai beberapa karakteristik seorang negarawan seperti sifat integritas, inovatif, kreatif, jujur, amanah, dll. Pada intinya bahwa seorang negarawan itu selalu melihat dan memperhitungkan generasi selanjutnya. Pemaparan dari saudara Roni tadi sekaligus menjadi pemaparan terakhir tentang sosok presiden negarawan. Mereka smua optimis bahwa akan muncul sosok-sosok negarawan di Indonesia.
            Acara yang dilanjutkan dengan tanya jawab tersebut terpaksa tidak dapat saya ikuti karena adanya briefing untuk persiapan deklarasi ACBI (Aku Cinta Budaya Indonesia). Acara Deklarasi pun tiba, saya sebagai salah satu perwakilan ormawa berkesempatan untuk maju ke depan serta berdeklarasi serta membubuhkan tanda tangan pada nota deklarasi gerakan ACBI. Dari situ saya akhirnya paham dan mengerti apa itu ACBI. Gerakan yang digagas oleh salah satu penerima manfaat BaktiNusa ini merupakan gerakan yang bertujuan untuk menggunakan kembali produk-produk tradisional Indonesia. Salah satu bentuk konkritnya adalah penggunaan makanan tradisional yang digunakan sebagai snack peserta pada acara ini.
            Tiba saat yang dinanti yakni sosialisasi beasiswa bakti nusa oleh Greget Kalabuana yang mana di juga merupakan salah satu penerima beasiswa tersebut sekaligus sebagai penerima manfaat terbaik di antara penerima lainnya. Antusiasme peserta sangatlah tinggi dalam memperhatikan sosialisasi ini. Hal tersebut juga terjadi pada saya yang mana sangat berkeinginan mendapatkan beasiswa ini. Namun muncul di benakku apakan mungkin saya bisa mendapatkan beasiswa tersebut. Tetapi saya akan terus berusaha dan tak lupa berdoa untuk mendapat beasiswa tersebut, Amiin.
            Acara terakhir dari rangkaian acara bedah buku ini adalah pemaparan terkait pemilihan pekerjaan yang baik bagi kita baik di dunia maupun di akhirat. Materi ini disampaikan General Manager Pegawai dari Dompet Dhuafa. Beliau menjelaskan bahwa pekerjaan yang baik tidak hanya berorientasi pada duniawi, yakni uang, jabatan, karir, dlsb. Namun pekerjaan yang terbaik adalah pekerjaan yang mana mampu memberikan manfaat bagi orang banyak. Salah satu pekerjaan yang trend saat ini adalah Ngo atau LSM-LSM termasuk salah satunya Dompet Dhuafa. Hal ini membuat saya semakin paham bahwa yang dicari di hidup ini bukanlah hanya mencari kenikmatan dunia namun kita juga harus mencari bekal akhirat karena itulah tujuan utama kita hidup di dunia yang sementara ini.
            Itulah tadi sepenggal kisahku saat mengikuti sebuah acara bedah buku yang sangat memberikan banyak inspirasi dalam hidupku. Kini saya mulai paham bahwa kita semua mempunyai kewajiban untuk merawat negeri ini tentunya dengan sikap negarawan yang harus kita kembangkan mulai dari sekarang. Tentu masih banyak hal yang saya dapatkan hari ini yang tidak mungkin saya tuliskan seluruhnya.


Sabtu, 21 Januari 2014
Faperta Universitas Sebelas Maret
Surakarta

0 komentar

Posting Komentar

Popular Posts