Pagi yang dingin dengan
cuaca yang sedikit mendung tak sedikitpun menyurutkan niat dan semangatku untuk
datang dan menghadiri acara bedah buku Belajar Merawat Indonesia #3 “Presiden
Negarawan” dan sosialisasi beasiswa Bakti Nusa di Fakultas pertanian
Universitas Sebelas Maret. Buku yang sepintas sama sekali tidak menarik bagiku
tersebut entah mengapa tak sedikitpun menyurutkan niatku untuk tetap datang
meskipun dengan hawa dingin yang menusuk tulang dan rasa malas yang hinggap di benakku.
Sebuah alasan yang mungkin menjadi salah satu semangatku
untuk menghadiri acara tersebut yakni mendapatkan buku secara gratis. Namun
selain itu posisiku sebagai perwakilan dari LKI FISIP UNS dalam rangka
deklarasi ACBI (Aku Cinta Budaya Indonesia) tentu menjadi hal yang cukup
membanggakan. Istilah ACBI yang tentunya masih sangat asing di telingaku dan
mungkin ini baru pertama kali terdengar di telingaku. Hal lain yang menjadi
alasanku mengikuti acara ini tentunya guna memeperoleh info mangenai beasiswa
Bakti Nusa. Beasiswa yang menjadi kebanggaan para aktivis termasuk kaka
tingkatku yang memang satu fakultas denganku sebut saja namanya akh ind.
Aula Fakultas pertanian yang memang tidak terlalu luas
telah disiapkan untuk menjadi tempat acara bedah buku tersebut dilaksanakan. Di
depan Aula telah hadir banyak peserta yang memang sejauh mata memandang
didominasi oleh perempuan. Terbesit sebuah pertanyaan apakah ini yang
menggambarkan karakter para pemuda Indonesia khususnya laki-laki yang
seharusnya menjadi pemimpin. Apakah jiwa kepemimpinan itu telah luntur. Ah ya
sudahlah.... Tiba waktunya kini aku memasuki Aula pertanian tersebut. Tata
ruang yang cukup bagus dengan bentangan MMT yang cukup besar menghiasi muka
aula yang nantinya akan menjadi panggung.
Acara pertama yang diisi oleh penampilan pantomim
tradisional dari sebuah grup kesenian yang saya lupa namanya mampu mengundang
gelak tawa para peserta dan memecah kepenatan yang sejak tadi pagi hinggap di
semua peserta. Saya pun yang tadinya sangat mengantuk akhirnya mampu terbangun
dan semakin ingin mengikuti acara ini hingga selesai nanti. Niatan-niatan awal
yang tadinya terpendam di hati akhirnya telah sirna dan mulai terganti dengan
rasa penasaran terhadap istilah “Presiden Negarawan” yang memang menjadi tema
sekaligus judul dari acara bedah buku
MC pun membuka acara ini dan dilanjutkan tilawah oleh wakil presiden BEM UNS, Kholid Sibkhotullah yang dilanjutkan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Acara selanjutnya yaitu sambutan-sambutan yang diawali oleh Siswandi selaku Presiden BEM UNS dan dilanjutkan oleh Greget Kalabuana yang merupakan perwakilan Dompet Dhuafa dan juga merupakan mawapres UNS tahun 2012 serta pernah juga menerima manfaat beasiswa baktinusa. Greget menyampaikan mengenai pentingnya negarawan dui kalangan pemuda khususnya mahasiswa. Hal tersebut digambarkan dengan sosok M. Natsir yang merupakan tokoh perjuangan sekaligus manteri penerangan pada masanya. Acara selanjutnya adalah pembukaan secara simbolis oleh pihak Dompet Dhuafa.
MC pun membuka acara ini dan dilanjutkan tilawah oleh wakil presiden BEM UNS, Kholid Sibkhotullah yang dilanjutkan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Acara selanjutnya yaitu sambutan-sambutan yang diawali oleh Siswandi selaku Presiden BEM UNS dan dilanjutkan oleh Greget Kalabuana yang merupakan perwakilan Dompet Dhuafa dan juga merupakan mawapres UNS tahun 2012 serta pernah juga menerima manfaat beasiswa baktinusa. Greget menyampaikan mengenai pentingnya negarawan dui kalangan pemuda khususnya mahasiswa. Hal tersebut digambarkan dengan sosok M. Natsir yang merupakan tokoh perjuangan sekaligus manteri penerangan pada masanya. Acara selanjutnya adalah pembukaan secara simbolis oleh pihak Dompet Dhuafa.
Talkshow yang menurut saya mengundang rasa penasaran
tersebut dihadiri oleh beberapa pembicara yang sangat luar biasa yang mewakili
bidangnya masing-masing serta dipandu oleh seorang moderator yang bernama
Putra. Titis Sektya Wijaya (Mahasiswa Pskologi UNS), Prof. Furqon (Dekan FKIP
UNS), Prie GS (Budayawan), Drs. Juliyatmono (Bupati Karangayar 2013-2018), Roni
(Dompet Dhuafa). Kelima pembicara tersebut akan memaparrrkan pandangannya
mengenai sosok presiden negarawan.
Titis selaku pembicara pertama mengatakan bahwa presiden
negarawan atau seorang negarawan itu tidak harus seorang pejabat pemerintahan.
Siapapun dapat menjadi seorang negarawan, termasuk mahasiswa. Titis bercerita
mengenai sebuah film Indonesia “Tanah Surga Katanya” yang telah mampu memberikan
banyak inspirasi baginya tentang sosok negarawan. Mahasiswa Psikologi ini
menceritakan mengenai sososk anak kecil yang berumur sekitar 9 tahun yang
secara logika sangat tidak mungkin dia mengetahui makana negarawan. Namun di
usia yang sangat muda tersebut anak itu telah mampu memberikan sebuah pelajaran
bagi semua orang tentang sosok negarawan. Oleh karena itu kita selaku pemuda
telebih lagi posisi kita sebagai mahasiswa “aktivis” sudah sepantasnya harus
dapat menjadi contoh bagi mahasiswa lain untuk menunjukkan sikap negarawan.
Pemaparan kedua disampaikan oleh Prof. Furqon. Beliau
menyampaikan mengenai beberapa tokoh-tokoh dunia yang sangat pantas disebut
sebagai negarawan. Tokoh-tokoh tersebut antara lain, Umar bin Khatab, Umar bin
Abdul Azis, Lee Kwen Yuu, Mahat ma Gandhi, Nelson Mandela. Mereka merupakan
sosok negarawan yang ideal dan sejati karena memiliki integritas yang tinggi,
kejujuran, pemaaf, dll. Pesan beliau kepada semua mahasiswa yakni jadilah
seorang mahasiswa yang mempunyai sikap negarawan, yakni mahasiswa yang
mempunyai visi yang tajam, manajemen yang kuat serta jaringan yang luas.
Tidak jauh berbeda dengan pembicara-pembicara sebelumnya.
Prie GS yang memeparkan pandangannya mengenai presiden negarawan dari sisi
budaya dengan komunikasinya yang khas dan kocak mampu mengundang gelak tawa
para peserta. Hal ini selain mampu menjadi ice breaking tentunya juga akan
mudah diingat oleh para pendengarnya. Beliau bercerita mengenai kekuatan dan
kesabaran seorang nenek-nenek penjual di pinggir jalan. Sikap dan perbuatan
dari nenek-nenek tersebut telah memunculkan banyak inspirasi baginya. Sekali
lagi kita sebagai seorang pemuda dan mahasiswa harusnya mampu menjadi negarawan
yang memilki kekuatan dan kesabaran.
Pemaparan keempat disampaikan oleh bupati karangayar Drs.
Juliyatmono. Beliau memaparkan terkait sosok negarawan yang juga harus peka
terhadap politik. Politik dianggap sebagai salah satu jalan atau cara untuk
menjadi seorang negarawan. Terlebih lagi tahun ini adalah tahun politik yang mana
seorang negarawan juga dituntut untuk ikut berkontribusi dalam pesta demokrasi
tersebut. Tak lupa juga beliau mengatakan bahwa ingin menjadikan kabupaten
karangayar menjadi kabupaten terbaik di Indonesia. Bupati yang baru menjabat
selama 3 bulan ini menjanjikan kepada semua warga karanganyar untuk membebaskan
biaya pendidikan sampai tingkat SMA. Selain itu beliau juga berjanji akan
melindungi rakyat miskin dan lansia. Sekali lagi beliau menegaskan bahwa
negarawan tidak harus berasal dari kalangan pejabat pemerintahan. Siapapun bisa
menjadi negarawan, seperti layaknya dokter negarawan, polisi negarawan, dll.
Pemaparan terakhir yang pada intinya merangkum dari
pemaparan-pemaparan sebelumnya ini disampaikan oleh saudara Roni selaku General
Manager Scretary Dompet Dhuafa. Beliau menjelaskan mengenai beberapa
karakteristik seorang negarawan seperti sifat integritas, inovatif, kreatif,
jujur, amanah, dll. Pada intinya bahwa seorang negarawan itu selalu melihat dan
memperhitungkan generasi selanjutnya. Pemaparan dari saudara Roni tadi
sekaligus menjadi pemaparan terakhir tentang sosok presiden negarawan. Mereka
smua optimis bahwa akan muncul sosok-sosok negarawan di Indonesia.
Acara yang dilanjutkan dengan tanya jawab tersebut
terpaksa tidak dapat saya ikuti karena adanya briefing untuk persiapan
deklarasi ACBI (Aku Cinta Budaya Indonesia). Acara Deklarasi pun tiba, saya
sebagai salah satu perwakilan ormawa berkesempatan untuk maju ke depan serta
berdeklarasi serta membubuhkan tanda tangan pada nota deklarasi gerakan ACBI.
Dari situ saya akhirnya paham dan mengerti apa itu ACBI. Gerakan yang digagas
oleh salah satu penerima manfaat BaktiNusa ini merupakan gerakan yang bertujuan
untuk menggunakan kembali produk-produk tradisional Indonesia. Salah satu
bentuk konkritnya adalah penggunaan makanan tradisional yang digunakan sebagai
snack peserta pada acara ini.
Tiba saat yang dinanti yakni sosialisasi beasiswa bakti
nusa oleh Greget Kalabuana yang mana di juga merupakan salah satu penerima
beasiswa tersebut sekaligus sebagai penerima manfaat terbaik di antara penerima
lainnya. Antusiasme peserta sangatlah tinggi dalam memperhatikan sosialisasi
ini. Hal tersebut juga terjadi pada saya yang mana sangat berkeinginan
mendapatkan beasiswa ini. Namun muncul di benakku apakan mungkin saya bisa
mendapatkan beasiswa tersebut. Tetapi saya akan terus berusaha dan tak lupa
berdoa untuk mendapat beasiswa tersebut, Amiin.
Acara terakhir dari rangkaian acara bedah buku ini adalah
pemaparan terkait pemilihan pekerjaan yang baik bagi kita baik di dunia maupun
di akhirat. Materi ini disampaikan General Manager Pegawai dari Dompet Dhuafa.
Beliau menjelaskan bahwa pekerjaan yang baik tidak hanya berorientasi pada
duniawi, yakni uang, jabatan, karir, dlsb. Namun pekerjaan yang terbaik adalah
pekerjaan yang mana mampu memberikan manfaat bagi orang banyak. Salah satu
pekerjaan yang trend saat ini adalah Ngo atau LSM-LSM termasuk salah satunya
Dompet Dhuafa. Hal ini membuat saya semakin paham bahwa yang dicari di hidup
ini bukanlah hanya mencari kenikmatan dunia namun kita juga harus mencari bekal
akhirat karena itulah tujuan utama kita hidup di dunia yang sementara ini.
Itulah tadi sepenggal kisahku saat mengikuti sebuah acara
bedah buku yang sangat memberikan banyak inspirasi dalam hidupku. Kini saya
mulai paham bahwa kita semua mempunyai kewajiban untuk merawat negeri ini
tentunya dengan sikap negarawan yang harus kita kembangkan mulai dari sekarang.
Tentu masih banyak hal yang saya dapatkan hari ini yang tidak mungkin saya
tuliskan seluruhnya.
Sabtu,
21 Januari 2014
Faperta
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
0 komentar
Posting Komentar